Ternak Lele Air Bersih, Emang Bisa?

Halo sahabat Sangkuti kembali lagi pada artikel Sangkuti Farm yang tidak habisnya selalu menyajikan informasi mengenai budidaya ikan lele. Bagaimana proses budidaya lele akang? Semoga selalu lancar dan sukses sampai panen ya. Pada kesempatan kali ini Sangkuti Farm akan membahas mengenai cara budidaya ikan lele yang kerap dipertanyakan dan diminati oleh masyarakat luas. Ternak lele air bersih menjadi salah satu topik pembahasan yang sering kali didiskusikan, apakah metode budidaya seperti ini dapat dilakukan atau sebaliknya? Apabila memungkinkan, sistem budidaya seperti apa ya yang bisa menjadi opsi untuk diaplikasikan? Berikut pembahasan lengkapnya versi Sangkuti Farm.

Budidaya ikan lele memanfaatkan air yang memiliki kualitas agar dapat mendukung performa pertumbuhan ikan. Kualitas air secara umum pada budidaya ikan lele digambarkan melalui nilai parameter suhu, oksigen terlarut (DO), pH, dan amonia. Setiap parameter memiliki nilai optimumnya masing-masing seperti suhu 25-32℃, DO >4 mg/L, pH 6-8, dan amonia <1 mg/L. Media budidaya dalam hal ini air yang memiliki nilai parameter sesuai dengan angka tersebut menunjukan kelayakan air yang baik. Sejatinya kualitas air budidaya ikan lele bukan diidentifikasi berdasarkan kebersihan atau kejernihan air melainkan dari nilai-nilai parameter tersebut. Warna air yang tidak jernih merupakan hal yang wajar dalam pemeliharaan ikan lele. Seiring dengan berjalannya siklus budidaya, kejernihan air akan terus menurun yang diakibatkan oleh mikroorganisme perairan (plankton), input pakan, dan bahan organik lainnya. Air untuk budidaya lele yang berasal dari berbagai sumber yang jernih dan bersih. Sumber air yang dapat dimanfaatkan sebagai media budidaya meliputi mata air, sungai, danau/waduk, akumulasi air hujan, sumur, dan air PAM. Sejumlah sumber air tersebut menghasilkan air dengan kualitas yang bersih dan dapat dijadikan media budidaya setelah melalui tahapan treatment terlebih dahulu pada wadah tandon.

Ternak Lele Air Bersih
Ternak Lele Air Bersih, Emang Bisa?

Kebersihan air pada budidaya atau ternak lele dipengaruhi langsung oleh sistem budidaya yang digunakan. Seperti yang sering dibahas pada artikel-artikel sebelumnya sistem budidaya terbagi atas tiga jenis yaitu sistem budidaya ekstensif, semi intensif, dan intensif. Ketiga sistem budidaya tersebut dibedakan atas tingkat kepadatan dan campur tangan teknologi maupun manusia didalamnya. Sistem ekstensif merupakan sistem budidaya tradisional yang memanfaatkan padat tebar ikan yang rendah, pada wadah tradisional (kolam tanah), tanpa adanya pemberian pakan buatan, serta tanpa adanya dukungan teknologi modern maupun campur tangan manusia yang terlibat. Air pada budidaya sistem ekstensif umumnya dipenuhi oleh populasi plankton (fitoplankton dan zooplankton), oleh karena itu warna air tidak berwarna jernih melainkan hijau kecoklatan yang baik untuk pertumbuhan ikan lele. Sistem semi intensif merupakan sistem budidaya yang memanfaatkan padat tebar moderat atau tidak terlalu padat. Pada sistem ini kombinasi pakan buatan dan pakan alami kerap digunakan. Adanya pemberian pakan buatan dengan kepadatan yang sedikit lebih padat dibandingkan ekstensif berimplikasi pada air yang tidak jernih, akan tetapi hal tersebut bukan merupakan masalah besar. Sistem intensif merupakan sistem budidaya yang dewasa ini digunakan oleh pembudidaya. Padat tebar budidaya lele sistem intensif mencapai >100 ekor per meter kubik. Pakan buatan berupa full pellet digunakan untuk pemberian pakan. Teknologi terbarukan berupa wadah budidaya yang lebih modern seperti kolam terpal bulat digunakan pada sistem ini. Tidak heran apabila air budidaya pada sistem intensif tidak jernih, warna air cenderung berwarna kecoklatan. Warna air yang dianggap tidak bersih tersebut bukan merupakan masalah bagi ikan lele selama parameter kualitas air masih dalam batas toleransi yang aman.

Ternak Lele Air Bersih
Ternak Lele Air Bersih, Emang Bisa?

Kualitas air pada budidaya ikan lele selama siklus pemeliharaan perlu dievaluasi secara berkala baik berdasarkan aspek fisik (warna, kekeruhan, dan bau), kimia (suhu, pH, dan DO), maupun biologi (kepadatan plankton secara visual). Berdasarkan hal tersebut pembudidaya dapat mengaplikasikan pengelolaan media budidaya dengan pergantian air secara berkala. Pergantian air selama budidaya lele dilakukan pada frekuensi dalam satuan waktu yang beragam, baik dalam 2-4 minggu sekali. Pergantian air sebanyak 50-100% dari volume total. Frekuensi dan volume pergantian air bergantung pada tingkat kejenuhan air budidaya seperti warna yang keruh dan bau yang tidak sedap. Ikan lele dikenal sebagai ikan yang tahan dalam kondisi perairan yang buruk sekalipun, dengan begitu budidaya lele dapat dioperasikan tanpa adanya pergantian air selama 1 siklus pemeliharaan. Pergantian air tidak perlu dilakukan apabila kekeruhan dan bau air yang masih wajar serta tidak ada kematian tinggi pada ikan lele. Budidaya lele dengan air yang terus dijaga kebersihannya selama siklus produksi diperlukan pergantian air yang intense atau sering. Hal tersebut nampaknya kurang baik bagi pertumbuhan dan tingkat stress ikan lele. Semakin sering pergantian air dilakukan, fluktuasi kualitas air dapat terjadi yang berdampak pada peningkatan stress ikan lele. Pergantian air yang sering dengan tujuan menjaga kebersihan air budidaya bersifat boomerang yang artinya merugikan kelangsungan hidup ikan lele itu sendiri.

Ternak Lele Air Bersih
Ternak Lele Air Bersih, Emang Bisa?

Berdasarkan pembahasan diatas, budidaya atau ternak lele pada air bersih sulit dilakukan dan tidak direkomendasikan. Budidaya ikan lele dengan menjaga kualitas air yang harus terus bersih atau jernih memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Kebersihan air berdasarkan teknisnya dapat dikelola melalui pergantian air dan pemanfaatan teknologi berupa bioteknologi (probiotik) dan sistem filtrasi. Pergantian air yang sering bersifat tidak efisien pada teknis pemeliharaan, konsumsi air, dan pertumbuhan ikan. Pemanfaatan teknologi berupa probiotik dapat dilakukan namun tidak cukup efektif dalam menjernihkan air, sebab probiotik air hanya berperan dalam mendegradasi amonia perairan. Terlebih pengaplikasian sistem filtrasi untuk menjernihkan air pada budidaya lele bersifat tidak efisien. Kejernihan air budidaya yang menurun seiring dengan berlangsungnya waktu pemeliharaan merupakan hal yang wajar dalam budidaya ikan lele. Warna air yang gelap (kecoklatan, kehijauan, atau coklat kehijauan) bermanfaat untuk menghindari masuknya sinar matahari secara langsung pada kolom air, sebab ikan lele lebih menyukai perairan teduh dan gelap. Warna air yang gelap mengindikasikan populasi plankton dan bahan organik bermanfaat yang berlimpah. Hal ini berdampak baik untuk pemenuhan nutrisi ikan lele. Ternak lele air bersih pada akhirnya tidak dapat dilakukan dan tidak dianjurkan karena tidak efisien secara teknis, manajemen, dan performa produktivitas.

Sekian artikel pada kesempatan kali ini, semoga informasi pada artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan sahabat Sangkuti semuanya. Jangan lupa like dan share artikel ini dan artikel lainnya dari Sangkuti Farm. Terimakasih, sampai jumpa, happy farming, dan salam sukses akuakultur!

Baca juga : Ukuran Kolam Lele 3000 Ekor, Ada Yang Tahu?

Nilai Kualitas Konten

About Aghis

CEK JUGA ARTIKEL INI :

Bibit Ikan Gurame, Langkah Budidayanya?

Halo sahabat sangkuti Kembali lagi bersama mimin yang tentunya akan memberikan pengetahuan baru, kali ini …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

error: Content is protected !!
Chat Kami
1
Terima kasih 😀🙏🏻

Silahkan diskusikan kepada kami tentang budidaya ikan, kolam terpal dan perlengkapan perikanan budidaya lainnya. Kami siap membantu anda 😊😊

Oh iya, Kami hari ini sedang ada promo pelatihan budidaya online hanya 100ribuan berisi 60 video tutorial. 👍