Pada artikel kali ini kami ingin membahas Sex Reversal Pada Lele. Permintaan masyarakat akan konsumsi ikan lele mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Kebutuhan konsumsi yang tinggi ini harus diiringi oleh optimalisasi budidaya pembesaran ikan lele, sedangkan pembesaran tersebut sangat dipengaruhi oleh ketersediaan benih ikan lele yang cukup. Disamping itu, pembenihan dengan pemijahan natural dianggap kurang maksimal sebab tergantung dengan kondisi alamiah pematangan gonad pada induk lele, sehingga produksi kurang terencana dengan baik. Oleh sebab itu pembenihan dengan pemijahan buatan perlu dilaksanakan sebab diyakini dapat menjadikan benih setiap waktu dan dengan jumlah serta karakter sesuai yang diharapkan.
Sayangnya hingga saat ini, pemijahan buatan pada ikan lele dilaksanakan dengan cara membunuh induk jantan untuk mendapatkan sperma, sebab pengeluaran sperma tak bisa dilaksanakan dengan metode stripping. Dengan demikian induk jantan hanya bisa dipijahkan 1 kali. Hal ini menyebabkan ketersediaan induk jantan menjadi faktor pembatas untuk pembenihan ikan tersebut. Salah satu metode untuk menghasilkan populasi jantan ialah dengan sex reversal, maskulinisasi.
Metode sex reversal mungkin dilakukan karena pada waktu menetas, gonad ikan belum berdiferensiasi sehingga jenis kelamin ikan belum definitif. Ikan yang diberikan perlakuan sex reversal dapat diarahkan menjadi 1 jenis kelamin saja. Dengan sistem tersebut maka dapat dihasilkan ikan yang hampir seluruhnya berjenis kelamin jantan atau betina tergantung dari jenis hormon yang dipakai. Dalam sex reversal, penetapan waktu yang terbaik untuk memberikan perlakuan merupakan hal penting dalam keberhasilan pengarahan kelamin.
Salah satu bahan yang bisa dipakai untuk pengarahan kelamin ikan yaitu aromatase inhibitor (AI) dan tipe AI yang biasa dipakai merupakan imidazole. Imidazole (1,3-diaza-2,4-cyclopentadiene) merupakan AI non steroid yang dilarutkan pada propilen glikol sebagai pembawanya. Prinsip kerja AI yakni menghambat aktifitas enzim aromatase sehingga estrogen tak terbentuk, hal ini menyebabkan terjadinya perubahan penampakan hormonal dari betina menjadi menyerupai jantan (maskulinisasi) pada waktu critical period. AI bisa diberikan dengan cara perendaman embrio, perendaman larva ataupun secara oral (pakan buatan ataupun pakan alami).
Metode sex reversal dengan menggunakan aromatase inhibitor (AI) pada kenyataanya cuma dilakukan di institusi penelitian baik pemerintah atau universitas, sedangkan penggunaanya dikalangan para pembudidaya lele sangkuriang umumnya sangat jarang karena selain penerapannya yang rumit, juga membutuhkan biaya yang mahal.
Sekian artikel mengenai Sex Reversal Pada Lele.
Smoga bermanfaat 🙂