Halo sahabat Sangkuti, pada kesempatan kali ini kami akan coba mengupas salah satu permasalahan yang kerap dijumpai pada budidaya ikan lele yaitu ikan lele yang tidak kunjung besar. Kendala seperti ini tentunya sangat merisaukan sahabat Sangkuti karena biaya produksi pemeliharaan akan terus berjalan dengan ikan lele yang tidak menunjukan pertumbuhan signifikan, sehingga usaha budidaya dapat berujung pada kerugian. Pertumbuhan benih ikan lele yang lambat, disebabkan oleh beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam budidaya ikan air tawar secara umum. Faktor-faktor tersebut meliputi sistem budidaya yang digunakan, lingkungan perairan budidaya, nutrisi dan pakan yang diberikan, kesehatan ikan, dan genetika ikan. Berikut penjelasan mengenai penyebab lele tidak cepat besar
Penentuan sistem budidaya merupakan langkah awal dalam mengontruksi usaha akuakultur setelah penentuan komoditas dan lokasi budidaya. Umumnya sistem budidaya perairan air tawar terbagi menjadi sistem ekstensif, sistem semi-intensif, dan sistem intensif. Sistem ekstensif itu sendiri merupakan budidaya dengan padat tebar ikan yang rendah (<100 ekor/m3) dengan tidak adanya campur tangan manusia didalam teknis pemeliharaanya. Ciri-ciri sistem ekstensif yaitu tidak ada pemberian pakan buatan, wadah pemeliharaan umumnya kolam tanah tanpa terpal, dan padat tebar yang rendah. Sistem semi-intensif sedikit berbeda dengan sistem ekstensif, pada sistem ini manusia mulai banyak berkontribusi seperti adanya pemberian pakan buatan walaupun tidak sepenuhnya, wadah pemeliharaan berupa kolam terpal atau beton, dan padat penebaran ikan lele yang cukup tinggi (150-600 ekor/m3). Sistem intensif kerap diaplikasikan oleh pembudidaya saat ini, peran teknisi dilibatkan hampir pada semua proses pemeliharaan. Sistem intensif merupakan sistem budidaya yang menggunakan padat penebaran ikan yang tinggi (>600 ekor/m3). Ciri-ciri sistem intensif yaitu padat tebar ikan tinggi, wadah dan sistem pemeliharaan yang modern (kolam terpal, kolam beton, bak fiber, teknologi bioflok, dsb.), pemberian pakan sepenuhnya dengan pakan buatan, dan teknis pemeliharaan lainnya yang didukung oleh teknologi dan tenaga manusia. Berdasarkan faktor sistem budidaya yang digunakan, pengaplikasian sistem ekstensif bisa menjadi penyebab ikan lele tidak cepat besar. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan pertumbuhan yang lambat pada ikan lele terjadi pada sistem semi-intensif dan intensif. Problema tersebut tergantung bagaimana sahabat Sangkuti merawat seluruh aspek penting budidaya ikan lele (pemberian pakan, pergantian air, penggunaan probiotik, sortir rutin, dsb.). Oleh karena itu, sebelum menelusuri lebih jauh perlu dipastikan sistem budidaya apa yang sahabat Sangkuti aplikasikan.

Faktor berikutnya yaitu lingkungan perairan budidaya. Media budidaya yaitu air membutuhkan perhatian khusus agar memiliki kualitas yang mendukung kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan lele. Kendati ikan lele dianggap dapat hidup dan tumbuh di perairan yang buruk, akan tetapi tetap ada parameter-parameter kualitas air yang berpengaruh dalam produksi catfish ini. Parameter kualitas air yang esensial dalam budidaya ikan lele yaitu oksigen terlarut, suhu, derajat keasaman (ph), dan ammonia. Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO) adalah kandungan oksigen yang ada dalam air. Meskipun ikan lele memiliki alat pernafasan tambahan yaitu arboresen, ikan ini tetap memiliki batas toleransi kandungan oksigen terlarut dalam air untuk tumbuh (4 mg/L). Terlebih budidaya ikan lele saat ini menggunakan padat tebar yang tinggi, sehingga konsumsi oksigen populasi budidaya tinggi pula. Suhu perairan berperan dalam mempengaruhi laju metabolisme pada ikan, sebab ikan merupakan hewan berdarah dingin (poikioterm). Suhu perairan yang rendah berimplikasi pada kurangnya nafsu makan pada ikan, begitu juga sebaliknya. Rentang toleransi suhu untuk pertumbuhan dan nafsu makan ikan lele yang optimal yaitu 27-32°C. Derajat keasaman (pH) adalah tingkat keasaman air yang diinterpretasikan dengan angka (1-14). Ikan lele optimal tumbuh dan berkembang pada pH air 6-8. Air yang bersifat asam dan basa dapat dipengaruhi berbagai hal seperti karbon dioksida, ammonia, alkalinitas, dan bahan organik. Ikan lele yang dipelihara pada air ber-pH <6 atau >8 tanpa ada proses adaptasi, berakibat pada laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Ammonia bersifat toksik pada ikan lele pada kadar >0,1 mg/L, ammonia terbentuk dari feses dan sisa pakan yang tidak termanfaatkan. Nilai amonia yang melebihi batas aman tersebut berpotensi menyebabkan pertumbuhan yang lamban dan bahkan kematian. Kualitas air yang tidak pada nilai optimal pada parameter-parameter tersebut berpotensi menyebabkan pertumbuhan yang lambat pada ikan lele. Hal ini disebabkan energi pada tubuh ikan hasil konversi dari protein pakan tidak digunakan secara optimal untuk pertumbuhan, melainkan untuk proses adaptasi lingkungan perairan yang buruk.


Prinsip usaha akuakultur adalah biaya input < output agar memperoleh profit. Sama halnya dalam pemberian pakan, ikan lele akan tumbuh baik dan cepat apabila diiringi dengan pemberian pakan yang sesuai. Industri akuakultur khususnya segmentasi pembesaran ditopang dengan input pakan buatan berprotein tinggi. Ikan lele tumbuh cepat dengan pemberian pakan buatan berprotein minimal 30%. Pakan mengandung protein, lemak, vitamin, dan mineral yang berpengaruh dalam pertumbuhan ikan. Pakan komersial berbagai merk umumnya sudah memenuhi kebutuhan ikan lele untuk tumbuh. Frekuensi dan porsi pemberian pakan (feeding rate) setiap waktunya perlu dicermati sesuai stadia dan bobot ikan. Pada stadia benih dengan frekuensi pemberian pakan alami berupa cacing sutera yaitu 3-4 kali sehari dengan feeding rate (FR) >11%. Memasuki stadia juvenil dan dewasa >10 g, ikan lele diberi pakan buatan pabrikan dengan frekuensi pemberian pakan 2-3 kali per hari. Pemberian pakan diawali dengan FR 3%, untuk seterusnya disesuaikan dengan nafsu makan dan pertumbuhan ikan lele. Metode pemberian pakan di lapangan lebih familiar dengan cara at satiation yaitu sekenyang-kenyangnya, namun tetap diperlukan perhitungan dengan acuan FR tersebut agar input  pakan dapat lebih terkendali. Penggunaan probiotik pakan atau feed additives juga berdampak baik pada kecepatan pertumbuhan dan efisiensi produksi budidaya. Dengan demikian, apabila sahabat Sangkuti mendapatkan permasalahan ikan lele yang tidak cepat tumbuh, segera pastikan apakah pakan dan metode pemberiannya sudah sesuai dengan yang dianjurkan.Â
Faktor selanjutnya penyebab lele tidak cepat besar adalah kesehatan ikan. Ikan lele (Clarias sp.) sering kali terserang penyakit baik itu pada stadia benih, juvenil, bahkan indukan. Macam-macam penyakit yang kerap kali menghambat budidaya ikan lele adalah bintik putih (white spot),  Aeromonas hydrophila, cotton wool disease, serta beberapa jenis parasit dan virus. Bakteri, parasit, dan virus penyebab penyakit ini menyebar dengan cepat di perairan sehingga satu populasi bahkan kawasan budidaya dapat terinfeksi. Penanganan yang tepat dalam menanggulangi serangan penyakit adalah melalui tindakan preventif biosecurity. Namun apabila penyakit sudah terlanjur menyerang dapat diatasi dengan berbagai cara, mulai dari pemanfaatan obat-obatan herbal pada pakan atau air, panen parsial, atau panen total. Serupa dengan kualitas air yang buruk, serangan penyakit menghambat pertumbuhan ikan lele. Ikan lele tidak dapat fokus mengonversi protein pakan menjadi daging, melainkan untuk pertahanan sistem imunitas tubuh. Tidak akan terasa hasil yang diharapkan apabila terus membudidayakan ikan lele yang terserang penyakit. Selain FCR yang membengkak, tingkat mortalitas pun akan tinggi.
Faktor terakhir penyebab lele tidak cepat besar yaitu genetika pada ikan lele. Situasi di lapangan memang jarang dijumpai genetika sebagai faktor penghambat budidaya ikan lele, terlebih keterbatasan teknologi para praktisi untuk menelaah lebih jauh kondisi genetika ikan yang dipelihara. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa genetika turut mengambil peran dalam laju pertumbuhan ikan lele. Tidak banyak yang menyangka bahwa perkawinan ikan lele yang sekerabat (inbreeding) atau satu keturunan dapat menyebabkan abnormalitas dan lambatnya pertumbuhan pada benih ikan lele. Rekayasa genetika pada ikan lele untuk memperbaiki pertumbuhan sudah berkembang dikalangan peneliti. Melalui hibridisasi dan teknologi transgenesis dapat menghasilkan ikan lele transgenik yang memiliki laju pertumbuhan cepat dibandingkan ikan lele konvensional.
Secara garis besar kelima faktor tersebut dapat menjadi alasan mengapa ikan lele sahabat Sangkuti tidak cepat membesar ya. Sekian artikel mengenai Penyebab Lele Tidak Cepat Besar kali ini, semoga bisa bermanfaat untuk sahabat Sangkuti sekalian. Jangan lupa untuk share artikel ini dan informasi menarik lainnya dari Sangkuti Farm. Salam sukses Akuakultur!
Baca Juga : Cara Mempercepatan Pertumbuhan Lele di Kolam Terpal