Halo sahabat Sangkuti, bagaimana keadaan ikan lele budidaya sahabat? Semoga selalu dalam keadaan sehat dan dihindari dari serangan penyakit lele sangkuriang ya. Pada artikel kali ini kami akan membahas penyakit-penyakit apa saja yang kerap dijumpai pada budidaya ikan lele jenis sangkuriang. Strain sangkuriang populer dikalangan pembudidaya. Lele sangkuriang menjadi varietas unggul yang sedang terus dikembangakan oleh para peneliti. Lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) merupakan komoditas lele primadona semenjak Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi merilis ikan lele ini ke masyarakat pada tahun 2004. Ikan lele strain sangkuriang berasal dari ikan lele strain dumbo yang merupakan ikan introduksi dari afrika. Ikan lele dumbo. Sebelum strain sangkuriang menjadi unggulan dikalangan pembudidaya, ikan lele dumbo menduduki masa kejayaannya di Indonesia sejak tahun 1980-an. Ikan lele asal afrika ini lebih unggul dibandingkan ikan lele lokal (Clarias batrachus) karena laju pertumbuhan yang cepat dan resisten terhadap serangan penyakit. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu keunggulan ikan lele dumbo kian memudar. Beberapa pendapat ahli menyatakan menurunnya kualitas ikan lele dumbo akibat teknis budidaya yang sembarangan tidak memperhatikan standar operasional. Penelitian lebih lanjut dilakukan untuk mengembangkan ikan lele dumbo, diawal abad ke-21 ditemukan strain lele teranyar dengan performa produksi yang lebih baik.
Â
Ikan lele sangkuriang ditemukan dengan metode penelitian back cross yaitu perkawinan ikan lele dumbo yang berbeda generasi. Perkawinan diaplikasikan pada ikan indukan lele dumbo generasi ke-2 (F2) dengan idukan lele dumbo jantan generasi ke-6 (F6). Perkawinan menghasilkan ikan lele dumbo (F2-6) yang nantinya akan menjadi indukan jantan. Indukan lele dumbo jantan (F2-6) dilakukan pemijahan dengan induk lele dumbo betina (F2) yang menghasilkan strain ikan lele sangkuriang pada tahun 2004. Ikan lele sangkuriang memiliki beberapa keunggulan diantaranya fekunditas telur pada induk yang lebih banyak, pertumbuhan yang lebih cepat, konversi pakan yang lebih rendah, dan lebih tahan pada serangan penyakit. Akan tetapi fakta dilapangan menunjukan bahwa ikan lele sangkuriang tetap berpotensi terserang berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh lingkungan, bakteri, parasit, maupun virus. Berikut pembahasan lebih lanjut mengenai jenis-jenis penyakit lele sangkuriang.Â
- Motil Aeromonas Septicaemia (MAS)
MAS disebabkan oleh bakteri oportunis Aeromonas hydrophilla. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri menular ini tergolong kedalam bakteri infeksius. Ikan lele sangkuriang yang imunitas tubuhnya sedang rendah, dengan mudah dapat terinfeksi penyakit MAS. Gejala klinis penyakit MAS yang dapat teridentifikasi pada ikan lele sangkuriang yaitu adanya lesi pada permukaan kulit dan bagian sirip, lesi yang terus membusuk berdampak pada kematian. Pada prinsipnya segala jenis patogen yang menyebabkan penyakit lele sangkuriang dapat dicegah dengan penerapan biosecurity yang disiplin. Biosecurity merupakan penerapan keamaan biologis yang meminimalisir ruang masuk penularan dan infeksi patogen merugikan. Biosecurity dapat diterapkan pada awal persiapan sistem dan wadah budidaya, penggunaan benih yang Spesific Pathogen Free (SPF), pemilihan dan metode pemberian pakan, serta dalam hal teknis pemeliharaan. Pencegahan lainnya dapat melalui pengaplikasian probiotik, prebiotik, sinbiotik dan obat-obatan herbal baik melalui pakan, metode perendaman, dan penyuntikan. Tindakan preventif paling fundamental yaitu pengendalian kualitas air. Manajemen kualitas air dilakukan dengan mengatur kepadatan individu, pergantian dan penyifonan air secara berkala, penggunaan probiotik air, dan pemberian pakan yang tidak berlebihan. Salah satu cara untuk melakukan pengobatan terhadap ikan lele sangkuriang yang terinfeksi penyakit MAS yaitu melalui pemberian pakan. Pakan yang disatupadukan dengan kapang Mycelium sterilium, ekstrak rumput laut Gracilaria verrucosa, atau pelepah pisang ambon dengan dosis dan metode pengaplikasian tertentu mampu mengobati infeksi penyakit lele sangkuriang.
- Brown Blood Disease (BBD)
BBD atau dikenal juga sebagai penyakit lele kuning merupakan penyakit yang disebabkan oleh konsentrasi nitrit yang tinggi pada perairan. Penyakit ini disebabkan oleh kondisi perairan yang buruk akibat pengelolaan air budidaya yang tidak optimal. BBD termasuk kedalam penyakit non-infeksius. Ikan lele sangkuriang yang mengalami kematian dengan tubuh berwarna kuning merupakan akibat dari warna coklat pada darah ikan. Konsentrasi nitrit yang tinggi menghambat kinerja insang ikan mengikat oksigen di perairan, akibatnya darah jenuh mengikat toksik dan berwarna coklat. Gejala klinis pada ikan lele sangkuriang yang terinfeksi BBD ialah respon pasif atau lemas dan tubuh yang berwarna kekuningan sampai ikan tersebut mati. BBD dapat dicegah dengan cara pemberian pakan yang terkendali (tidak overfeeding), manajemen kualitas air yang optimal, dan mengurangi tingkat kepadatan pada populasi yang terlihat tidak produktif. Populasi ikan yang terlihat mengalami BBD dapat dilakukan tindakan pengobatan dengan pergantian air secara berkala, pemberian probiotik air, dan penambahan vitamin serta mineral pada pakan.
- Emphisemathous Putrevactive Disease of Catfish (EPDC)
EPDC adalah penyakit infeksius yang disebabkan oleh bakteri Edwardsiella tarda. Bakteri ini kerap dijumpai pada perairan jenuh dengan bahan organik dan sedimen lumpur yang tinggi. Gejala klinis yang dapat terlihat pada ikan yang terserang E. tarda ialah adanya luka yang membengkak pada permukaan badan atau sirip, nekrosis otot, letargi, hemoragi, dan produksi mukus berlebih. Secara umum EPDC dapat dicegah dengan penerapan biosecurity, pengelolaan kualitas air yang benar, pengaturan tingkat kepadatan, dan pemberian pakan yang teratur. Pengobatan secara khusus terhadap ikan yang terinfeksi EPDC salah satunya dapat melalui pemberian pakan yang diformulasikan dengan ekstrak kunyit Curcuma longa.
- Trichodina
Trichodina merupakan parasit yang hinggap dibagian luar tubuh ikan (Ektoparasit). Parasit ini dapat dijumpai pada pada kulit dan insang ikan. Gejala klinis yang teramati yaitu parasit ini menempel pada bagian epidermal ikan yang dapat menembus hingga kedalam insang, akibatnya ikan terganggu dengan berperilaku menggosok-gosokan tubuhnya ke dinding wadah budidaya. Gejala klinis lainnya yaitu produksi lendir yang berlebih pada tubuh ikan serta kulit berwarna kemerahan dengan bintik putih. Pencegahan penularan parasit ini melalui manajemen pemeliharaan yang terkontrol. Parasit trichodina dapat dicegah dan diobati salah satunya dengan perendaman ekstrak tanaman herbal yaitu paci-paci.
- Vibriosis
Vibriosis disebabkan oleh bakteri vibrio. Bakteri dengan genus vibrio ini dapat menyerang banyak spesies komoditas budidaya, baik yang hidup diperairan tawar maupun laut. Bakteri vibrio memiliki kemampuan penyebaran yang kuat, kolam budidaya dengan sistem intensif membuka peluang untuk bakteri ini menginfeksi dan menyebabkan kematian hingga 100%. Gejala klinis yang dialami ikan yaitu produksi mukus atau lendir yang berlebih, luka pada bagian tertentu seperti kepala, haemorragic, luka kemerahan, sungut dan mulut kemerahan, perut kembung, serta hati dan ginjal yang berwarna pucat. Populasi ikan lele sangkuriang yang terinfeksi vibriosis, sulit dilakukan tidnakan pengobatan. Akan tetapi tindakan preventif secara fundamental dapat dilakukan. Pemberian pakan yang tidak berlebih dan kualitas air yang terus dimonitor menjadi kunci tidak ada infeksi patogen yang masuk.
Berikut diatas merupakan informasi mengenai penyakit lele sangkuriang. Semoga lele sangkuriang sahabat Sangkuti terhindar dari penyakit-penyakit tersebut dan jangan lupa terus disiplin melakukan tindakan preventifnya. Mari share artikel ini dan artikel menarik lainnya dari Sangkuti Farm. Salam sukses Akuakultur!
Baca juga : Kerugian Budidaya Ikan Lele