Halo sahabat Sangkuti, bagaimana pertumbuhan lele akang sekalian? Semoga sehat dan cepat besar ya. Pada artikel kali ini kami tidak akan bosan untuk membahas mengenai kendala-kendala yang dihadapi pada budidaya ikan lele dengan tujuan untuk meningkatkan kewaspadaan sahabat Sangkuti dan memberikan informasi tindakan preventif. Kendala terbesar dalam budidaya ikan lele disebabkan oleh serangan penyakit. Penyakit dapat menyebabkan mortalitas populasi budidaya mencapai 100% yang berujung pada kerugian usaha. Penyakit pada budidaya ikan lele disebabkan oleh penyakit infeksius dan non infeksius. Penyakit infeksius disebabkan oleh serangan patogen seperti parasit, bakteri, dan virus. Sedangkan penyakit non-infeksius disebabkan oleh faktor yang bukan patogen seperti kondisi lingkungan, pemberian nutrisi pakan, dan teknis budidaya. Penyakit yang menyerang ikan lele dapat dicegah dengan tindakan preventif yang dilakukan secara holistik. Berikut ini kami sajikan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pencegahan penyakit lele.
- Benih berkualitas
Benih merupakan komponen input dalam dalam usaha budidaya segmentasi pendederan maupun pembesaran. Keberhasilan siklus budidaya dapat dilihat dari kualitas benih yang digunakan. Budidaya ikan lele yang mendatangkan profit pasca panen, tentunya memanfaatkan benih kualitas unggulan. Benih berkualitas memiliki ciri-ciri yaitu pergerakan yang lincah, warna yang segar tidak pucat, nafsu makan yang baik, morfologi tubuh yang tidak cacat, tidak kejanggalan seperti luka pada permukaan tubuh, dan yang paling terpenting ialah benih bukan berasal dari induk ikan lele yang inbreeding. Pemijahan pada induk yang memiliki garis keturunan yang sama berpeluang besar menghasilkan benih lele yang abnormal. Benih yang yang tidak terkualifikasi seperti ciri-ciri diatas sangat rentan terserang penyakit. Pergerakan yang pasif dan nafsu makan yang rendah menunjukan turunya sistem imunitas tubuh, dengan begitu patogen memiliki kesempatan yang besar untuk menginfeksi. Selain itu kualitas benih dapat berubah apabila teknis penanganan transportasi dan penebaran benih dilakukan tanpa pedoman yang benar. Transportasi benih dapat menggunakan sistem basah atau kering dan sistem terbuka atau tertutup. Umumnya praktisi melakukan pengiriman benih ikan lele dengan sistem basah terbuka pada jirigen atau gentong yang terisi air. Penggunaan kantong plastik yang berisi air dan oksigen dengan perbandingan 1:3 dapat digunakan untuk transportasi benih yang benar. Teknis penanganan benih lainnya yaitu proses aklimatisasi, sebelum benih ditebar ke wadah budidaya yang baru penting untuk dilakukan aklimatisasi. Aklimatisasi bertujuan untuk adaptasi benih dengan media budidaya yang baru dengan proses penyesuaian suhu air. Teknis transportasi dan aklimatisasi yang tidak benar menyebabkan benih stres sehingga benih tidak memiliki kualitas seperti sediakala.Â
- Biosecurity
Biosecurity merupakan sistem pengendali organisme biologis pada suatu lingkungan yang saling terintegrasi secara komprehensif. Tujuan biosecurity ialah untuk mencegah adanya materi biotik maupun abiotik asing yang mengancam keberlangsungan hidup biota budidaya. Penerapan biosecurity dalam budidaya ikan lele dilakukan dengan metode yang sederhana hanya saja dibutuhkan kedisiplinan yang tinggi. Biosecurity atau biosekuriti yang diterapkan secara disiplin dapat mencegah penularan dan masuknya agen penyakit dengan tingkat virulensi yang rendah sampai dengan tinggi. Melalui biosekuriti akan menutup seluruh pintu masuk agen penyakit, beberapa aspek yang menjadi pintu masuk penularan penyakit yaitu air, pakan, teknisi, dan peralatan-peralatan pendukung produksi budidaya.
Biosekuriti pada air pemeliharaan ikan lele ialah tidak menggunakan kembali media budidaya yang sebelumnya terdapat biota terinfeksi penyakit. Pergantian air secara keseluruhan dianjurkan pada populasi ikan lele yang terserang penyakit namun masih mungkin untuk diselamatkan. Tindakan sederhana lainnya dalam menjaga biosekuriti pada air ialah cepat tanggap dalam mengevakuasi jasad ikan lele yang mati perairan budidaya. Jasad ikan lele yang mati dan tidak cepat dievakuasi dapat menyebabkan kanibalisme dan penyakit akibat jasad yang membusuk. Biosekuriti pada pakan ialah pakan dijaga kualitasnya pada ruangan tertutup dan tidak lembab, hal ini mencegah pakan berjamur. Wadah pemberian pakan secara rutin dibersihkan dan didesinfeksi. Biosekuriti pada teknisi budidaya dapat diterapkan dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan secara disiplin. Pemeliharaan populasi ikan lele yang sedang terinfeksi penyakit dengan populasi lele yang sehat dianjurkan dilakukan oleh teknisi yang berbeda untuk menutup kemungkinan penularan. Biosekuriti terakhir yaitu pada aspek peralatan pendukung produksi budidaya, peralatan yang digunakan antar wadah populasi dianjurkan berbeda dan terpisah. Bakteri, parasit, dan virus dapat hinggap sementara pada benda mati yang tidak dilihat dengan mata telanjang. Oleh sebab itu, penggunaan peralatan yang berbeda antar populasi dapat menutup jalur penularan penyakit.
- Manajemen Kualitas Air
Salah satu pintu terbesar penularan agen penyakit ialah melalui air. Air menjadi sumber kehidupan bagi mikroorganisme. Mikroorganisme yang bersifat patogen umumnya hidup pada air berkualitas buruk. Manajemen kualitas air pada akuakultur esensial dievaluasi secara periodik. Seiring lama waktu pemeliharaan, kualitas air akan menurun akibat akumulasi amonia yang berasal dari feses dan sisa pakan. Hal ini apabila tidak ada tindakan yang serius menyebabkan sistem imunitas ikan yang hidup didalamnya menurun, sehingga infeksi patogen dengan mudah akan menyerang. Lingkungan budidaya dalam hal ini memegang peran besar dalam mencegah serangan penyakit. Manajemen kualitas air diaplikasikan saat pra-produksi, produksi, dan pasca produksi. Pra-produksi budidaya ikan lele kualitas air diidentifikasi pada sumber pemasok atau tandon. Air yang bersifat terlalu asam (ber-pH rendah) atau dengan nilai parameter lainnya yang tidak optimal untuk budidaya ikan lele, dilakukan treatment pada air. Manajemen kualitas air yang dapat dilakukan pada saat masa produksi adalah pergantian air sekaligus penyiponan dasar wadah secara rutin. Sisa feses dan sisa pakan yang terhimpun di dasar perairan dapat diidentifikasi dari warna air yang keruh dan berbau. Kondisi air seperti itu dalam waktu yang lama dapat mengganggu pertumbuhan ikan lele. Parameter kualitas air harian (suhu, pH, dan DO)Â maupun mingguan (amonia) baiknya dievaluasi berkala untuk menjaga kualitas lingkungan. Manajemen kualitas air pasca produksi ialah tidak menggunakan air pemeliharaan pada siklus sebelumnya untuk siklus yang baru. Siklus budidaya yang baru tentunya menggunakan air baru yang produktif.

- Pemberian Pakan Berkualitas
Ikan lele yang sehat, pertumbuhan cepat, dan sistem imunitas yang prima diberikan pakan berkualitas dengan kandungan protein sesuai dengan kebutuhan. Pakan buatan pabrikan yang sudah beredar di pasaran secara umum memiliki kualitas yang baik, untuk budidaya ikan lele pakan yang diberikan sebaiknya memiliki protein minimal 28%. Kandungan protein tersebut menjadi ambang minimal untuk pertumbuhan ikan lele yang optimal. Pakan yang berkualitas ditentukan juga dengan bagaimana pembudidaya menyimpan dan memberikan pakan tersebut ke populasi budidaya. Penyimpanan pakan yang baik ialah pada tempat yang tertutup, tidak lembab, terhindar dari gangguan hewan (kucing, tikus, burung, musang, dsb), dan disimpan pada atas pallet apabila pakan dalam kemasan karung. Pakan yang berjamur mengindikasikan kualitas pakan yang menurun dan tidak dianjurkan untuk diberikan ke ikan lele. Pemberian pakan tambahan konvensional seperti bangkai ayam, sayuran busuk, atau lainnya yang kurang lumrah sebaiknya tidak dilakukan. Pakan-pakan tersebut tidak terkualifikasi ke dalam pakan ikan yang baik dan dapat menimbulkan bibit penyakit.Â
- Pemberian Suplemen Tambahan
Ikan lele sebagai biota akuatik membutuhkan suplemen tambahan untuk menunjang pertumbuhan terbaiknya. Suplemen tambahan pada budidaya ikan lele prinsipnya berdampak positif, hanya saja ada biaya tambahan yang tidak begitu besar untuk pengaplikasian suplemen tersebut. Suplemen pada budidaya ikan lele dapat ditambahkan melalui air budidaya ataupun pakan, serta ada yang berupa obat herbal maupun non-herbal. Probiotik air dan pakan merupakan suplemen yang umum digunakan pada budidaya ikan lele. Probiotik air mengandung bakteri nitrosomonas sp. dan nitrobacter sp. yang membantu mempercepat siklus nitrogen dalam air. Probiotik pakan mengandung bakteri saccharomyces sp. dan lactobacillus sp. yang mendukung performa usus ikan sehingga kinerja metabolisme berjalan sempurna. Selain suplemen probiotik, suplemen herbal lainnya dapat diaplikasikan pada pakan ikan lele seperti campuran ekstrak kunyit, kitosan, pelepah pisang ambon, jahe, bawang putih, dll. yang bermanfaat untuk pengobatan dan pencegahan penyakit.


Sekian artikel mengenai pencegahan penyakit lele, semoga informasi diatas bermanfaat dan dapat diterapkan oleh sahabat Sangkuti semuanya. Jangan lupa like dan share artikel ini dan artikel lainnya dari Sangkuti Farm. Akhir kata sampai jumpa dan salam sukses akuakultur!
Baca juga : Kolam Terpal Untuk Budidaya Lele?!