Panen ikan merupakan tahap terakhir dari proses produksi ikan budidaya. Proses panen dapat dilakukan dengan dua cara yaitu panen parsial dan panen total. Panen parsial merupakan panen yang dilakukan pada saat proses pemeliharaan atau budidaya berlangsung. Panen parsial biasanya dilakukan pada 10 – 15 hari sebelum target panen yang ditentukan. Manfaat dilakukannya panen parsial yaitu untuk mengurangi padat tebar ikan di dalam wadah pemeliharaan, sekaligus mencegah adanya kanibalisme antar ikan. Dalam melakukan proses panen parsial perlu dilakukan sortir dan grading terlebih dahulu untuk mengetahui ukuran ikan dan tingkat ksehatan pada ikan. Panen total merupakan proses panen yang dilakukan diakhir massa pemeliharaan ikan, waktu yang tepat untuk melakukan proses pemanenan total dapat diperkirakan melalui program pemeliharaan maupun manajemen pakan pada ikan budidaya. Proses panen total tidak menyisakan organisme akuatik atau ikan yang dipelihara didalam wadah budidaya, hal ini disebabkan wadah budidaya atau wadah pemeliharaan akan dibersihkandan kembal di persiapkan untuk siklus pemeliharaan selanjutnya.
Dalam melakukan proses pemanenan baik parsial maupun total membutuhkan alat yang memudahkan proses tersebut. Berikut merupakan beberapa alat yang dapat digunakan dalam proses panen ikan khususnya bibit lele.
1. Jaring
Jaring yang digunakan harus memiliki ukuran mata jaring yang sesuai dengan bibit lele yang akan di panen, hal ini dilakukan untuk mencegah banyaknya bibit lele yang lolos dari jaring. Proses penangkapan ikan dengan jaring harus dilakukan dengan cara yang cukup hati – hati. Tingkat stress pada ikan yang tinggi akibat dari buruknya proses handling menyebabkan ikan mudah terserang penyakit yang dapat berakibat pada kematian ikan.
2. Hapa
Hapa atau kelambu ikan digunakan untuk menampung bibit ikan lele yang sudah dijaring. Bibit lele yang telah di sortir dan di grading akan di pisahkan sesuai hapa masing – masing. Hindari proses pemanenan pada siang hari untuk meminimalisir tingkat stress pada bibit ikan lele yang di panen.
3. Seser
Seser digunakan untuk mengambil bibit ikan lele yang telah di panen untuk dipindahkan ke bak transfer. Seser yang digunakan harus burukuran lebih kecil dari bibit lele yang dipanen.
4. Bak sortir
Bak sortir digunakan untuk memisahkan ikan berdasarkan ukurannya. Bibit lele yang berukuran lebih kecil dari ukuran lubang pada bak akan lolos dan akan langsung masuk ke dalam hapa, sedangkan pada bibit ikan lele yang tidak lolos akan disortir dengan bak yang memiliki ukuran lubang yang lebih besar. Dalam melakukan proses sortir dengan menggunakan bak sortir sebaiknya dilakukan dengan hati – hati untuk menghindari bibit menjadi stress.
5. Timbangan
Timbangan diggunakan untuk mengetahui biomassa dari ikan. Bibit ikan lele yang telah selesai di sortir dan di grading kemudidan akan di timbang dengan cara mengambil ikan sebanyak 1 – 3 kg, kemudian lihat berapa biomassa bibit ikan lele tersebut, selanjutnya hitung berapa jumlah individu bibit lele tersebut. Proses sampling dalam penimbangan dapat dilakukan 1 – 3 kali untuk diambil rata – rata bobot individu bibit lele yang dipanen. Dalam menimbang bibit ikan lele biasanya digunakan timbangan gantung yang telah di lengkapi wadah penyaring utuk mempermudah keluarnya air, sehingga air tidak terbawa dalam proses penimbangan ikan.
6. Drum transportasi
Drum transportasi bibit ikan lele terlebih dahulu diisi air dan disesuaikan kualitas airnya dengan media pemeliharaan bibit tersebut. Penyamaan kualitas air ini dimaksud untuk menghindari stress pada bibit ikan. Drum transportasi biasanya memiliki bagian penutup yang dapat dibuka dan ditutup.
Berbicara mengenai transportasi pada ikan secara umum, proses transportasi dibedakan menjadi transportasi basah dan transportasi kering. Transportasi basah kemudian dibedakan menjadi transportasi terbuka dan transportasi tertutup. Proses transportasi basah merupakan jenis transportasi ikan yang menggunakan air sebagai media pembawanya, sedangkan transportasi kering tidak menggunakan air pada prosesnya.
Transportasi basah terbuka
Transportasi basah terbuka dapat menggunakan drum, kolam terpal di atas mobil picup dan beberapa wadah terbuka lainnya. Dalam proses transportasi basah terbuka ikan tidakd iberikan tambahan oksigen murni melainkan hanya mengandalkan oksigen terlarut pada air transportasinya. Beberapa ada yang memberikan penambahan aerasi.
Transportasi basah tertutup
Transportasi basah tertutup biasanya menggunakan plastik packing sebagai wadah transportasinya. Plastik packing terlebih dahulu diikat pada bagian sudutnya untuk menghindari adanya sudut mati pada wadah trasnportasi yang dapat menyebabkan ikan menjadi stress. Penambahan oksigen murni dengan rasio udara dan air sebanyak 3 : 1. Plastik packing yang telah berisi air ikan dan udara kemudian akan diikat dengan menggunakan karet.
Tranportasi kering
Sebelum melakukan transports kering, terlebih dahulu ikan dibius atau dipingsankan. Dosis obat bius atau cairan pemingsan dapat disesuaikan dengan jarak pengiriman, dan jenis ikan yang di transportasikan. Media transportasi dengan sistem transportasi kering dapat berupa sabut kelapa, pasir, dan serbuk gergaji. Penggunaan media transportasi dapat disesuaikan dengan ketersediaan bahan disekitar loaksi budidaya. Penambahan es batu di beberapa titik dalam wadah transportasi (wadah transportasi biasanya menggunakan Styrofoam atau box) dimaksud untuk menurunkan suhu saat proses transportasi berlangsung sehingga meminimalisir pertumbuhan bakteri pathogen yang merugikan.
Baca Juga: Menstabilkan Air Sebelum Ditebari Lele