Mengenal Cacing Sutra

Halo sahabat sangkuti Kembali lagi bersama mimin tentunya yang akan memberikan pengetahuan baru, kali ini mimin akan mengajak sahabat sangkuti untuk mengenal cacing sutra. Selain kutu air yang dijadikan sebagai pakan alami ternyata cacing sutra juga dijadikan sebagai pakan alami sahabat sangkuti. Cacing sutra merupakan pakan alami yang cukup populer dikalangan pembudidaya ikan. Cacing sutra biasa diberikan atau dijadikan pakan untuk benih ikan. Mengenal cacing sutra lebih di beberapa daerah dengan sebutan yang berbeda yaitu cacing sutra, cacing tubifex atau dengan sebutan dari pembudidaya cacing rambut. Pakan yang dibutuhkan untuk pembenihan ikan yaitu dapat memenuhi gizi benih ikan selain itu dapat memberikan kebutuhan pigmen warna bagi ikan hias. Syarat pakan tersebut telah terpenuhi oleh cacing sutra, bahwa cacing sutra memiliki kandungan protein dalam tubuhnya mencapai 57%.

mengenal cacing sutra

Cacing sutra atau cacing rambut termasuk kedalam kelompok cacing-cacingan (Tubifex sp). Dalam taksonomi hewan cacing sutra digolongkan kedalam kelompok Nematoda. Cacing sutra memiliki tubuh yang lunak dan sangat lembut seperti sutra. Selain itu julukan cacing sutra memiliki tubuh yang Panjang dan lembut sehingga disebut seperti rambut.

Klasifikasi ilmiah cacing sutra

Phylum : Annelida

Class : Oligochaeta

Ordo : Haplotaxida

Famili : Tubificidae

Genus : Tubifex

Spesies : Tubifex sp

Secara umum cacing sutra memiliki terdiri atas dua lapisan otot yang membujur dan melingkar sepanjang tubuhnya. Panjang tubuhnyna mencapai 10-30 mm dengan warna tubuh kemerahan, saluran pencernaan berupa celah kecil mulai dari mulut sampai anus. Cacing sutra biasa hidup dengan cara berkoloni yaitu pada bagian ekornya berada di permukan yang berfungsi sebagai alat pernapasan dengan cara melalukan difusi secara langsung dari udara. Cacing sutra tidak memiliki insang dan memiliki bentuk tubuh yang kecil serta tipis. Memiliki tubuh yang tipis dapat membuat cacing sutra sering melakukan pertukaran udara antara oksigen dan karbondioksida pada permukaan tubuhnya yang banyak mengandung pembuluh darah. Cacing sutra biasa membuat tabung tabung lumpur pada dasar perairan.

Cacing sutra biasa hidup di perairan tawar dengan air jernih mengalir dan ciri perairan yang disukai ialah berlumpur. Karena daerah berlumpur banyak mengandung bahan organic yang merupakan makanan utama dari cacing sutra. Cara makan cacaing sutra sendiri yaitu permukaan atau di dalam sedimen dengan membuat lubang berupa tabung dan menyaring makanan atau dengan cara mengumpulkan partikel halus dipermukaan. Makanan dapat berupa bahan organic dan detritus.

Cacing sutra biasa ditemukan pada daerah perbatasan air yaitu daerah endapan sedimen dan daerah oligotropis. Terdapat dua faktor yang mendukung kelangsungan hidup cacing sutra adalah endapan lumpur dan tumpukan bahan organic dalam air. Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter yang penting bagi kelangsungan hidup cacing sutra. Oksigen digunakan untuk respirasi dan selanjutnya akan dimanfaatkan dalam proses metabolisme tubuh untuk merombak bahan organic. Bahan organic yang dirombak akan diubah menjadi sari makanan kemudian dimanfaatkan menjadi energi untuk pertumbuhan, berkembang biak dan bergerak.

Banyaknya populasi cacing sutra dapat berkurang saat keanekaragaman jenis organisme tinggi dikarenakan banyaknya predator pemakan cacing sutra semakin banyak. Selain itu jika dalam suatu perairan tidak terdapat cacing sutra hal ini berarti perairan dalam keadaan tercemar logam berat. Ketinggian air dalam pemeliharaan cacing sutra sangat berpengaruh terhadao ketahanan hidup dan perkembangan. Jika air terlalu tinggi maka populasi cacing sutra akan mengalami kematian karena cacing membutuhkan oksigen dari luar untuk bernapas. Ketika air terlalu rendah atau sedikit akan membuat lingkungan hidup cacing sutra mudah panas sehingga cacing mudah mengalami kematian. Ketinggian air dalam pemeliharaan cacing sutra yang optimal adalah sekitar 6 cm. semakin tinggi kadar amoniak maka cacing sutra semakin rendah, meningkatnya kadar amoniak hingga 0,29-0,96 mg/l diikuti dengan menurunnya kelimpahan cacing sutra.

Cacing Tubifex Sp merupakan organisme hermaphrodite dimana pada satu individu organisme memiliki dua alat kelamin dan berkembang biak dengan cara bertelur dari betina yang telah matang telur. Hasil perkembangbiakannya berupa telur yang dihasilkan dari cacing yang telah  mengalami kematangan sel kelamin betinanya. Telur cacing sutra terjadi di dalam kokon yaitu suatu bangunan berbentuk bulat telur, Panjang 1 mm, dan diameter 0,7 mm yang dihasilkan oleh kelenjar epidermis dari salah satu segmen tubuh yang biasa disebut kitelum. Telur yang berada dalam tubuh mengalami pembelahan kemudian selanjutnya berkembang biak membentuk segmen-segmen. Setelah beberapa hari embrio akan keluar dari kokon. Cacing sutra dewasa dapat menghasilkan kista telurnya yang dapat bertahan dalam kekeringan selama dua minggu dan lebih lama lagi pada daerah pembuangan yang ditutupi oleh sampah.

Waah bagaiman sahabat sangkuti terkait mengenal cacing sutra ini keren sekali bukan sahabat sangkuti. Semoga bermanfaat artikel ini. Terimakasih

Baca Juga : Cara Budidaya Kutu Air

Nilai Kualitas Konten

About raniaudona

CEK JUGA ARTIKEL INI :

Bibit Ikan Gurame, Langkah Budidayanya?

Halo sahabat sangkuti Kembali lagi bersama mimin yang tentunya akan memberikan pengetahuan baru, kali ini …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

error: Content is protected !!
Chat Kami
1
Terima kasih 😀🙏🏻

Silahkan diskusikan kepada kami tentang budidaya ikan, kolam terpal dan perlengkapan perikanan budidaya lainnya. Kami siap membantu anda 😊😊

Oh iya, Kami hari ini sedang ada promo pelatihan budidaya online hanya 100ribuan berisi 60 video tutorial. 👍