Pentingnya sektor pembenihan dalam siklus budidaya ikan lele, mengharuskan kita cermat dalam membuat usaha pembenihan ikan lele. Hal ini di maksud untuk meminimalisir risiko kerugian yang ditimbulkan.
Meningkatnya minat masyarakat akan ikan lele (Claris sp.) mengharuskan para pembudidaya meningkatkan jumlah produksinya. Dalam melakukan budidaya ikan lele terdapat tiga segmentasi yaitu segmentasi pembenihan, pendederan, dan pembesaran. Ikan lele cenderung mudah dibudidayakan, karena memiliki tingkat ketahanan terhadap penyakit yang relative tinggi, mudah di pelihara, serta mudah beradaptasi pada kondisi lingkungan yang minim oksigen. Kendati demikian, dalam melakukan proses budidaya ikan lele perlu memperhatikan beberapa hal yang justru akan berakibat fatal apabila diabaikan. Sebelum masuk lebih lanjut terakait tips cermat dalam membuat usaha pembenihan ikan lele, ada baiknya mengetahui ciri benih lele yang unggul, sebagai tujuan produk yang akan dihasilkan. Hal ini karena segmentasi pembenihan menjadi kunci keberhasilan proses produksi pada segmentasi berikutnya. Benih ikan lele yang digunakan pada segmentasi pendederan dan pembesaran harus merupakan benih yang unggul. Benih yang unggul ditandai dengan berenang aktif, tidak terdapat luka, memiliki anggota tubuh yang lengkap, tidak menggantung, berwarna lebih cerah, memiliki ukuran tubuh yang seragam, dan agresif ketika diberi pakan.
Berikut merupakan hal – hal yang perlu dilakukan dalam membuat usaha pembenihan ikan lele secara alami:
A. Persiapan wadah dan substrat
Tahap pertama yang harus dilakukan dalam membuat usaha pembenihan ikan lele yaitu dengan menyiapkan wadah pemeliharaan induk jantan, wadah pemeliharaan induk betina, wadah pemijahan sekaligus wadah penetasan, dan wadah pemeliharaan larva hingga menjadi benih. Pemisahan wadah antara induk jantan dan induk betina dilakukan untuk meminimalisir adanya pemijahan liar. Wadah pemeliharaan dapat berupa kolam tanah, kolam beton, maupun kolam terpal. Ukuran wadah budidaya dapat disesuaikan dengan banyaknya populasi induk maupun larva yang dipelihara. Pastikan wadah yang digunakan sudah dibersihkan terlebih dahulu, pengisian air dilakukan beberapa hari sebelum memasukan ikan lele. Ketinggian air berkisar 30-50cm. Substrat digunakan sebagai media penempelan telur setelah proses pemijahan. Substrat yang digunakan berupa ijuk. Seacara umum ukuran substrat/ kakaban yaitu lebar 30-40cm dan panjang 75-100cm, namun hal ini bergantung dengan luasan kolam yang digunakan. Ukuran kakaban yang terlalu kecil dikhawatirkan akan membuat telur menumpuk pada satu titik. Telur yang terlalu menumpuk akan lebih mudah rusak dan busuk, sehingga tidak dapat menetas dan akan menjadi pembawa penyakit pada telur-telur yang sehat.
B. Seleksi Induk Lele
Tahap selanjutnya yaitu tahap seleksi induk ikan lele. Induk ikan lele yang digunakan harus memenuhi standart. Induk jantan dan induk betina yang dipilih minimal berumur satu tahun dengan bobot minimum 1 kg. Dalam melakukan proses pemilihan induk juga harus memperhatikan pakan apa yang selama ini diberikan pada induk ikan lele, karena induk yang diberi pakan berkualitas akan menghasilkan telur dengan kualitas yang unggul sehingga mampu menghasilkan benih dengan kualitas unggul.
C. Proses pemijahan
Proses pemijahan ikan lele dapat dilakukan secara alami maupun buatan, baik dengan induksi hormonal maupun tanpa induksi hormonal.
· Proses pemijahan ikan lele secara alami tanpa induksi hormonal yaitu dengan memasukan induk jantan dan induk betina pada wadah pemijahan. Rasio pemijahan antara jantan : betina yaitu 1 : 3. Rasio pemijahan didasari pada bobot induk yang digunakan. Ikan lele merupakan mahluk nokturnal yang biasa beraktivitas pada malam hari, hal ini yang menyebabkan kerap kali pemijahan terjadi pada malam-dini hari. Pemijahan secara alami tanpa induksi hormonal biasanya terjadi pada pukul 3-5 dini hari. Proses pemijahan dikatakan berhasil ketika terlihat adanya telur-telur yang menempel pada kakaban.
· Proses pemijahan ikan lele secara alami dengan penambahan induksi hormonal dapat dilakukan dengan melakukan penyuntikan hormon pada ikan lele. Proses penyuntikan dilakukan pada sirip dorsal atau sirip punggung ikan lele. Penyuntikan hormon dilakukan untuk meningkatkan pematangan gonad pada ikan lele, sehingga proses pemijahan akan berlangsung lebih cepat. Setalah dilakukan penyuntikan hormone, ikan lele jantan dan ikan lele betina kemudian di satukan dalam wadah pemijahan. Proses pemijahan akan berlangsung saat matahari sudah terbenam. Akan terlihat telur-telur yang menempel pada kakaban ketika proses pemijahan telah selesai.
Setelah proses pemijahan selesai, masukan kembali induk jantan dan induk betina kedalam wadah pemeliharaan induk. Telur-telur yang menempel pada kakaban akan menetas dalam kurun waktu 1-2 hari. Selama proses penetasan berlangsung pastikan suhu air berada pada kisaran 22-25 C. Disarankan menggunakan paranet apabila wadah penetasan berada diluar ruangan, untuk meminimalisir adanya fluktuasi suhu air yang terlalu tingi dan kontaminasi dari luar.
D. Pemeliharaan Larva
Larva yang telah keluar dari telur kemudian dipindahkan pada wadah pemeliharaan larva, padat tebar larva pada wadah pemeliharaan perlu diperhatikan. Air pemeliharaan larva merupakan air berwarna hijau yang sudah terkandung mikroalga di dalamnya, suhu air berkisar pada 28-29C. Larva yang baru menetas tidak perlu diberi pakan tambahan. Hal ini dikarenakan larva masih membawa cadangan makanan berupa kuning telur selama 3-4 hari. Setelah memasuki hari ke-4 pemeliharaan pemberian pakan dapat dilakukan dengan pemberian kuning telur yang telah direbus. Larva ikan lele yang sudah berumur satu minggu bisa diberi pakan berupa cacing sutra dan memasuki minggu ke-2 bisa diberikan tepung pakan buatan.
E. Sortir dan Grading
Proses sortir dan grading dilakukan pada saat usia pemeliharan memasuki 14 hari. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kanibalisme antar ikan. Larva ikan yang sudah menjadi benih dipelihara pada wadah terpisah berdasarkan ukuran. Benih ikan lele yang sudah memasuki ukuran1-2 cm hingga 7-8cm sudah dapat dijual untuk masuk pada segmentasi pendederan lele.
Proses pemijahan ikan lele secara buatan dapat dilakukan dengan melakukan penyuntikan hormon perangsang pada induk betina. Sedangkan proses pengambilan sperma dilakukan dengan cara membedah perut induk jantan dan mengambil kelenjar spermanya. Kelenjar sperma tersebut kemudian diberishkan dengan menggunakan lap kering atau tissue. Jangan mencuci kelenjar sperma dengan air untuk menghindari rusaknya sel sperma. Setelah kelenjar sperma dibersihkan potong – potong kelenjar sperma dan keluarkan cairan sperma secara perlahan. Sperma kemudian diencerkan dengan menggunakan sodium klorida. Proses pengambilan telur dilakukan melalui proses stripping. Campurkan telur dan sperma yang telah diperoleh tersebut, lalu aduk dengan meggunakan bulu ayam dengan hati-hati. Setelah telur dan sperma tercampur secara merata tambahkan air untuk kemudian terjadi proses pemijahan. Telur yang telah terbuahi kemudian ditebar diatas kakaban dan diamkan hingga telur menetas.
Sekian informasi yang dapat disampaikan untuk sahabat sangkuti dalam membuat usaha pemebnihan ikan lele. Semangat berbudidaya, salam sukses selalu!
Baca Juga : Obat Ikan Lele