Hallo Sahabat Sangkuti! disini kita akan bahas kutu air makanan ikan. Pembahasan kali ini kita akan menceritakan lebih dalam terkait kutu air, kutu air sangat berbeda dengan kutu – kutu pada umumnya. Kutu air bersifat menguntungkan, terutama untuk larva ikan dan pastinya berdampak pada proses budidaya ikan. Sekarang kita bahas yuk satu persatu mengenai apa itu kutu air dan jenis – jenis kutu air makanan ikan.
Kegiatan budidaya terbagi atas tiga segmen utama yaitu pembenihan, pendederan, dan pembesaran. Proses pembenihan dalam pengembangannya sering mengalami berbagai kendala, diantaranya ialah tingginya tingkat kematian pada larva. Bukaan mulut larva ikan yang kecil menyebabkan ikan sulit mengkonsumsi pakan yang sesuai dengan bukaan mulutnya hal ini yang menyebabkan tingginya tingkat kematian pada larva. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menyediakan pakan yang sesuai dengan bukaan mulut larva. Kutu air merupakan salah satu jenis zooplankton yang hidup di perairan. Kutu air mengkonsumsi fitoplankton sebagai makanan utamanya, Jenis – jenis fitoplankton yang biasa digunakan sebagai pakan zooplankton yaitu Chlorella sp. dan Spirullina sp. Chlorella sp merupakan salah satu jenis alga hijau bersel satu berbentuk bulat atau bulat telur berdiameter 3 – 8 mikron, memiliki khloroplas berbentuk seperti cawan dan memiliki dinding yang keras. Kandungan nutrien didalam Clorella sp. memiliki kandungan nutrisi protein sebesar 51–58% minyak sebesar 28-32%, karbohidrat 12- 17%, lemak 14-22%, dan asam nukleat 4-5%. Sedangkan Spirulina sp. memiliki kandungan nutrient yaitu 39,63 % protein dan merupakan sumber mikronutrien serta kaya akan B12, beta karoten dan phytopigment xanthophyl.
Terdapat berbagai jenis zooplankton, secara umum zooplankton yang biasa diguanakan untuk pakan larva ikan dalam proses budidaya yaitu Artemia sp., Daphnia sp., dan Moina sp.. Artemia sp. termasuk kedalam golongan zooplankton filum Arthropoda dengan kelas Crustacea.
Artemia sp. memiliki tubuh berwarna ke jinggan (orange) berukuran sangat kecil. Artemia sp. ditetaskan dengan menggunakan air bersalinitas. Tahap dekapsulasi Artemia sp. merupakan suatu upaya atau proses yang bertujuan untuk melarutkan cangkang dari siste atau kista yang menyelimuti embrio Artemia sp. dengan menggunakan suatu bahan atau senyawa hipoklorit tanpa membunuh embrio Artemia sp. Teknik dekapsulasi dilakukan untuk menghasilkan embrio bebas patogen, meningkatkan daya tetas, tidak adanya cangkang yang terbawa ke kolam budidaya, serta lebih mudah untuk langsung dimakan oleh predator. Tahapan dalam melakukan terknik dekapsulasi yaitu dengan melakukan hidrasi atau perendaman siste atau kista kedalam air selama kurang lebih satu jam, perendaman ini dilakukan agar saat siste diberi perlakuan perendaman pada larutan hipoklorit larutan tersebut tidak masuk kedalam dan membunuh embrio Artemia sp. Setelah satu jam, siste diberi larutan hipoklorit, NaOH, dan air dengan takaran tertentu. Pemberian laruta hipoklorit selesai ketika siste yang berwarna coklat berubah menjadi orange, indikator warna orange menandakan bahwa proses dekapsulasi telah selesai, jika dibiarkan dan tidak segera dlibilas dengan air, larutan hipoklorit akan masuk kedalam siste dan merusak embrio sehingga menyebabkan kematian pada Artemia sp. Hasil dekapsulasi Artemia sp. dapat langsung ditetaskan atau disimpan untuk beberapa hari didalam lemari es dengan suhu 4o celcius, dan dapat disimpan untuk jangka waktu yang lama dengan terlebih dulu melakukan perendaman menggunakan larutan NaOH untuk mengeluarkan air atau cairan yang berada didalam siste Artemia sp. Artemia sp. yang telah menetas bisa langsung diberikan pada larva ikan. Menurut penelitian Panggabean (1984) kandungan nutrisi Artemia sp. yang baru menetas mengandung protein 40%-50%, karbohidrat 15%-20%, lemak 15%-20%, abu 3%-4% sedangkan nilai kalorinya berkisar 5000-5500 per gram berat kering.
Daphnia sp. merupakan jenis custacea yang hidup secara bergerombol di perairan. Umumnya Daphnia sp. digunakan sebagai pakan untuk larva ikan air tawar. Daphnia sp, memiliki ukuran tubuh relatif kecil berkisar antara 0,3-1 mm. Daphnia magna merupakan jenis Daphnia sp. yang dewasa ini sering digunakan para pembudidaya larva ikan air tawar. Kandungan gizi yang terdapat pada Daphnia sp. yaitu protein 4%, lemak 0,54%, karbohidrat 0,67% dan abu 0,15% (Haryati, 2005). Budidaya Daphnia dilakukan dengan mempersiapkan wadah untuk budidaya fitoplankton terlebih dahulu. Fitoplankton tersebut berperan sebagai pakan alami untuk pertumbuhan Daphnia sp. di wadah budidaya, pastikan wadah bersih. Masukan bibit fitoplankton dan air dengan perbandingan 1 : 9, tambahkan pupuk kedalamnya lalu beri tambahan aerasi dengan kekuatan sedang untuk menghasilkan larutan hijau. Setelah dua hingga tujuh hari akan terbentuk larutan hijau, pindahkan larutan hijau kedalam wadah yang lebih luas selanjutnya masukan induk Daphnia sp. kedalam larutan hijau tesebut, beri aerasi pada wadah budidaya tersebut. Setelah 7-11 hari, Daphnia sp. akan mencapai puncak dari perkembangbiakannya. Lakukan pemanenan menggunakan jaring halus khusus untuk mengambil Daphnia. Daphnia terlebih dulu di cuci menggunakan air bersih mengalir berdebit kecil sebelum diberikan pada larva ikan sebagai pakan.
Moina sp. termasuk kedalam jenis udang – udangan dalam kelas crustacea. Moina sp. memiliki tubuh yang berukuran sangat kecil yaitu hanya berkisar 500 – 1.000 µm. Proses budidaya Moina sp. hampir sama dengan Daphnia sp. dibutuhkan fitoplankton yang akan menjadi sumber nutrien pada Moina sp. Proses kultur atau budidaya Moina sp. dilakukan dalam kurun waktu 3 – 4 hari. Setelah 3 – 4 hari dapat dilakukan pemanenan dan pemberian langsung pada larva ikan. Moina sp. yang sehat akan aktif bergerak dan berwarna coklat kemerahan. Moina bersifat fototaksis positif atau peka terhadap rangsangan cahaya. Moina sp. termasuk kedalam filter feeder atau memperoleh makanan dengan cara menyaring zat terlarut yang ada di dalam perairan.
Nah, bagaimana sahabat sangkuti? Sekarang sudah lebih paham kan terkait apa dan jenis kutu air yang biasa digunakan dalam proses budidaya. Semoga dapat bermanfaat untuk Sahabat Sangkuti semua. Salam semangat!
Baca Juga: Lele Kuning, Si Kuning Yang Merana