Hallo Sahabat Sangkuti, pemilihan induk lele menjadi faktor penting untuk keberhasilan proses pembenihan ikan lele, ikan lele yang dijadikan indukan harus yang sudah matang gonad dan siap memijah, sehingga perlu diketahui induk lele siap memijah . Sekarang kita bahas langsung saja yuk…
Induk ikan lele menjadi kompenen utama dalam melakukan pembenihan lele. Pemilihan induk yang berkualitas dibutuhkan dalam proses pembenihan. Dibutuhkan seleksi terhadap calon induk lele yang akan dipijahkan, induk lele yang digunakan harus berasal dari sumber yang jelas, diberi pakan yang berkualitas, dan memiliki kondisi fisik yang baik. Fisik induk ikan lele yang berkualitas dilihat dari tubuhnya yang sehat, tidak terdapat luka, serta memiliki anggota tubuh yang lengkap. Calon induk lele juga memiliki nafsu makan yang tinggi. Berdasarkan SNI 6484.1:2014 tentang Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 1: induk menjelaskan bahwa induk jantan digolongkan sudah matang gonad ketika memasuki usia minimal 1 tahun, bobot minimal induk jantan yaitu 1 kg dengan panjang 50 cm. Sedangkan induk betina yang akan dijadikan induk harus memiliki bobot minimal 1 kg dan panjang 50cm dengan waktu pemeliharaan minimal 1 tahun. Sedangkan untuk kriteria kuantitatif untuk calon induk ikan lele yaitu memiliki warna hijau kehitaman pada bagian atas kepala, berwarna hijau kecoklatan pada bagian punggung atas hingga pangkal ekor dan dilengkapi loreng berwarna coklat kehitaman, ikan lele yang baik juga memiliki bagian bawah berwarna putih keruh sampai ke pangkal ekor. Tubuh calon induk ikan lele memiliki bagian kepala yang berbentuk pipih horizontal, bulat memanjang untuk bagian badan, serta berbentuk pipih vertikal pada bagian ekor.

Ciri induk lele yang siap memijah dapat dilihat dari ciri fisik dan tingkat kematangan gonad induk ikan tersebut. Secara umum induk lele yang sudah siap untuk memijah memiliki perut yang buncit dan warna kelamin menjadi kemerahan. Induk lele jangan yang siap dipijahkan memiliki bentuk kelamin yang memanjang, ukuran dari alat kelamin membesar seiring bertambahnya tingkat kematangan, selain itu alat kelamin juga akan mengeras. Induk jantan yang siap dipijahkan akan mengeluarkan cairan berwarna putih yang disebut sperma ketika dilakukan pengurutan pada bagian perut / stripping. Induk betina memiliki ciri fisik beruapa alat kelamin yang berbentuk bulat, dan berwarna kemerahan. Induk betina akan mengeluarkan beberapa telur ketika dilakukan proses pengurutan. Ciri induk lele yang siap memijah juga dapat dilihat dari sirip punggung. Ikan yang siap memijah akan mengakan bagian sirip punggungnya ketika disentuh dengan menggunakan dua jari telunjuk.
Tingkat kematangan gonad pada ikan dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor internal seperti spesies, umur, serta sifat fisiologis pada ikan dan faktor eksternal yaitu pakan serta lingkungan. Gonad pada ikan baik jantan maupun betina terletak memanjang di dalam rongga perut yang menempati kira-kira seperempat panjang tubuh, dan menempel pada bagian saluran pencernaan. Bagian posterior bergabung dengan kantong kemih dan bermuara ke anus dan pada anterior menempel pada bagian hati. Gonad pada ikan betina terdiri dari lamella ovari, yaitu struktur jaringan berupa lempeng, di dalamnya berisi oosit dan epitel germinal yang berbentuk kubus dengan jaringan ikat berupa serabut kolagen. Pada gonad jantan jaringan ikatnya berupa serabut fibrosa yang strukturnya lebih kokoh. Gonad bagian luar dibungkus oleh lapisan serosa yang berupa jaringan ikat. Proses perkembangan sperma diawali dengan pembentukan sel spermatogonium. Spermatogonium kemudian membelah membentuk spermatosit primer dan mengalami miosis pertama. Selanjutnya dihasilkan sel yang lebih kecil disebut spermatosit sekunder. Pembelahan spermatosit sekunder menghasilkan spermatid. Spermatid mengalami diferensiasi membentuk spermatozoa. Pertumbuhan gonad dapat diamati dengan menghitung indeks gonad somatik (IGS) dan histologi menggunakan acetocarmin. Selain itu, tingkat perkembangan gonad ikan ditentukan TKG-I, TKG-II, TKG-III, TKG-IV, dan TKG-V. TKG berperan dalam menunjukkan tingkatan kematangan seksual ikan. Sebagian besar hasil metabolisme dariikan tersebut digunakan selama fase perkembangkan gonad. Umumnya pertambahan berat gonad pada ikan betina sebesar 10%-25% dari bobot badan, sedangkan untuk ikan jantan berkisar antara 5%-10%. Secara umum pertumbuhan TKG berhubungan erat dengan karakteristik kelamin sekunder, ikan betina lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan.
Dalam melakukan pemijahan induk ikan lele dapat dirangsang atau dilakukan induksi pemijahan dengan memberikan perlakuan hipofisa. Induksi pemijahan dapat meningkatkan produksi dalam pemenuhan ketersediaan benih untuk budidaya. Hipofisa merupakan suatu kelenjar endokrin yang memliki peranan penting dan terletak di bawah otak. Hipofisa pada ikan terletak pada persilangan nervus opticus yang menuju ke mata. Berbentuk membulat sampai agak lonjong tergantung dari jenis ikannya, memiliki ukuran yang relatif sangat kecil yang kaya akan vaskularisasi pembuluh darah. Hipofisa dapat mensekresikan gonadotropin hormone (GtH) yang membantu dalam proses pemijahan, dikarenakan GtH dapat memberikan rangsangan pada saat proses pemijahan. Pemijahan buatan dilakukan melalui aplikasi hormonal yaitu hipofisasi. Penggunaan ekstrak hipofisa yang paling optimal dalam merangsang proses pemijahan yaitu dengan menggunakan ekstrak hipofisa dari jenis hewan yang sama. Terdapat Sembilan hormon yang dapat dihasilkan oleh kelenjar hipofisa yaitu ACTH (Adrenocorticotropic Hormone), TSH (Tyroid Stimulating Hormone), FSH (Folikel Stimulating Hormone), LH (Luteinizing Hormone), STH (Somatotrop Hormone), MSH (Melanocyte Stimulating Hormone), Prolaktin, Vasopresin, dan Oksitosin. Rangsangan hormon hipofisa dapat dilakukan menggunakan bahan komersil seperti ovaprim, HCG (Human Chorionic Gonadotrophin), LHRH (Luteinizing Hormone Releasing Hormone), dan PMSG (Pregnant Mare Serum gonadotrophin) (Diba et al. 2016).
Baca Juga: Kutu Air Makanan Ikan