Cacing sutra dikolam terpal menjadi salah satu trobosan terbaru perikanan budidaya. Kegiatan membudidayakan cacing sutra dilakukan sebagai upaya pemenuhun kebutuhan pakan alami berupa cacing sutra. Tingginya permintaan pasar akan ikan hias dan ikan konsumsi menyebabkan kebutuhan akan cacing sutra terus meningkat. Harga cacing sutra bervariasi, dengan harga tertinggi dapat mencapai 70.000 per kg. Cacing sutra dengan nama ilmiah Tubifex sp. memiliki kandungan nutrisi berupa protein 59%, lemak 9%, dan serat 0,01%. Kandungan protein yang tinggi pada cacing sutra menjadikan cacing sutra sebagai pakan alami andalan untuk pertumbuhan ikan. Cacing sutra hidup subur pada daerah tropis tepatnya pada dasar perairan seperti danau, sungai dan saluran pembuangan yang berair jernih. Perairan dengan kondisi yang buruk merupakan lingkungan yang tidak cocok untuk kelangsungan hidup cacing sutra.
Cacing sutra termasuk jenis hewan hemaprodit. Hewan hemaprodit yaitu hewan yang memiliki dua jenis alat kelamin. Cacing sutra melakukan perkembang biakan dengan cara bertelur (bertindak sebagai betina), sedangkan saat menuju fase dewasa bisa berperan sebagai jantan. Terdapat berbagai jenis wadah budidaya cacing sutra diantaranya kolam tanah dan kolam terpal. Dalam melakukan budidaya cacing sutra di kolam terpal terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan. Kolam terpal yang digunakan merupakan kolam yang sudah dibersihkan dan steril dari kuman dan bakteri, luasan kolam menyesuaikan luasan lahan yang tersedia.
Langkah pertama dalam membersihkan kolam terpal dapat dilakukan dengan menyemprotkan air untuk membersihkan terpal dari kotoran yang menempel, selanjutnya gosok kolam terpal menggunakan scouring pads dan detergen untuk membunuh kuman, setelah itu bilas dengan menggunakan air bersih. Lakukan proses pengeringan sekitar 1-2 hari untuk membunuh seluruh pathogen yang menempel. Setelah wadah budidaya siap, selanjutnya masuk pada tahap pembuatan media budidaya.
Media cacing sutra dikolam terpal harus memiliki kandungan nutrisi yang sesuai untuk pertumbuhan cacing sutra, hal ini perlu dilakukan agar cacing cepat tumbuh dan memiliki kandungan yang baik. Siapkan lumpur, lumpur yang digunakan merupakan lumpur dengan kandungan bahan organik yang tinggi, selanjutnya tambahkan pupuk kandang kedalam wadah budidaya yang telah berisi lumpur, hal ini bertujuan untuk pemenuhan nutrisi pada cacing sutra. Selanjutnya air dialirkan pada kolam yang digunakan untuk proses budidaya, air yang digunakan merupakan air yang bersih, selanjutnya lakukan proses pengendapan air sekitar 1-2 hari. Lakukan pengecekan kualitas air untuk pertumbuhan yang optimal pada cacing sutra. pH air berkisar 6,1-7,3 dengan kandungan oksigen terlarut 5-6,5 dan suhu berkisar 25-27,5oC. Pastikan terdapat sistem resirkulasi air yang baik.
Penebaran bibit cacing sutra pada sistem budidaya cacing sutra di kolam terpal dilakukan setelah media budidaya telah siap. Cacing sutra yang akan di tebar merupakan cacing sutra yang telah tersertifikasi, sehingga hasil budidaya pada akhir siklus pemeliharaan akan menghasilkan cacing sutra dengan kualitas yang unggul. Bibit cacing sutra yang telah tersertifikasi dapat diperoleh dari Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT). Sebelum bibit di tebar, matikan terlebih dahulu sistem resirkulasi air, selanjutnya aklimatisasi cacing sutra untuk menghindari resiko kematian akibat stress yang tinggi, Proses aklimatisasi dilakukan dengan meletakan cacing sutra yang berada di dalam plastic selama 30 menit hingga 1 jam diatas pemukaan wadah budidaya, setelah itu buka secara perlaharan plastik packing yang berisi cacing sutra tersebut, buang air pada plastik dan pindahkan secara perlahan cacing sutra ke dalam wadah budidaya. Bibit cacing sutra yang ditebar harus memiliki takaran yang sesuai dengan kapasitas wadah budidaya, hal ini dilakukan untuk meminimalisir adanya kekurangan oksigen pada saat pemeliharaan cacing sutra. Padat tebar yang optimum dalam budidaya cacing sutra yaitu 75 gr/ m2.
Proses pemeliharaan cacing sutra dilakukan selama 8-10 hari setelah penebaran bibit. Pemberian pakan dapat beruapa bahan-bahan yang telah difermentasikan seperti ampas tahu, fermentasi tepung tapioka, kotoran ayam, sawi dan sayur-sayuran yang telah difermentasi. Proses fermentasi ampas tahu dilakukan dengan cara mempersiapkan ampas tahu, molase, dan probotik. Siapkan wadah dengan tutup (disarankan menggunakan wadah bekas cat tembok) untuk membuat fermentasi ampas tahu, selanjutnya masukan sejumlah ampas tahu dengan perbandingan 20:1 antara ampas tahu dan molase. Setelah ampas tahu dan molase dimasukan kedalam wadah, aduk hingga merata, pastikan setiap bagian pada ampas tahu telah tercampur dengan molase. Beri probiotik sebanyak satu tutup botol, aduk kembali hingga merata. Setelah tercampur merata tutup wadah dengan rapat, hal ini dilakukan untuk menghindari adanya kontaminasi dengan udara luar. Pastikan tertutup dengan rapat. Diamkan sekitar 3-4 hari. Setelah 3 hingga 4 hari ampas tahu siap diberikan pada cacing sutra. Proses pemberian pakan dilakukan dengan mematikan aliran air kedalam kolam, berikan ampas tahu yang telah difermentasi tersebut secara merata pada tiap titik yang terdapat tumpukan cacing sutra, dosis terbaik pemberian pakan yaitu 2kg/m2 dengan frekuensi pemberian pakan setiap hari sebanyak 1 kali. Hidupkan kembali sistem resirkulasi air setelah 15 menit pemberian pakan. Proses pembuatan pakan dengan menggunakan bahan lain terlebih dahulu difermentasikan dengan langkah-langkah yang sama.
Langkah terakhir yaitu proses pemanenan, setelah dipelihara sekitar 8 hingga 10 hari cacing sutra siap dipanen. Matikan sistem resirkulasi pada wadah budidaya, selanjutnya kumpulkan cacing sutra pada satu titik, setelah itu masukan cacing sutra kedalam ember. Cacing sutra yang telah dipindahkan ke ember kemudian siap dipacking sesuai permintaan konsumen. Sekian pembahasan terkait budidaya cacing sutra dikolam terpal. Semoga membantu!
Baca Juga : Kolam Terpal Ikan Lele