SangkutiFarm.com 
Fenomena bibit lele mati menjadi salah satu penyebab kerugian dalam kegiatan budidaya. Kematian pada bibit lele biasanya disebabkan tingkat stress yang tinggi pada benih akibat penanganan yang tidak tepat dan kualitas air yang tidak sesuai dengan bibit ikan lele.
Dibutuhkan adanya penanganan yang tepat terhadap bibit lele yang akan di tebar untuk mencegah bibit lele mati. Penanganan yang tepat terhadap bibit lele yang akan di tebar mampu menurunkan tingkat stress pada bibit lele dan meningkatkan kelangsungan hidup bibit ikan lele. Dan ini dia penyebab bibit lele mati,
1. Tidak melakukan proses aklimatisasi
Proses aklimatisasi dilakukan untuk meminimalisir stress pada bibit lele. Stress pada bibit ikan dapat menyebabkan daya tahan tubuh ikan menurun, sehingga pathogen dan mikroorganisme berbahaya lain dapat menyerang ikan. Sebaliknya apabila proses aklimatisasi tidak dilakukan ikana kan mudah stress dan daya tahan tubuhnya menurun. Langkah – langkah yang dapat dilakukan dalam proses aklimatisasi yaitu,
- Letakan plastik packing yang berisi air dan bibit lele selama 15 – 30 menit. Hal ini dilakukan untuk menyamakan suhu air di dalam kantong plastik dan suhu air di dalam kolam, sehingga ikan tidak kaget akibat fluktuasi suhu air yang terlalu tinggi
- Buka plastik packing tersebut, kemudian campurkan air dari kolam ke dalam plastik untuk menyetarakan kualitas air antara air pada plastic packing dengan kolam budidaya. Kualitas air yang paling diperhatikan yaitu derajat keasaman / pH
- Miringkan plastik packing agar ikan dapat keluar dengan sendirinya dari plastic, saat air dalam plastic packing tinggal sedikit kemudidan sisa ikan dan air dalam plastic bisa di keluarkan secara perlahan – lahan.
2. Banyak Pakan Tidak Termakan
Bibit lele yang baru ditebar biasanya mengalami penurunan nafsu makan, sehingga dalam hal ini perlu adanya penyesuaian terhadap pakan yang diberikan. Pemberian pakan dapat di lakukan dengan cara bertahap, hingga tidak ada pakan yang tersisa di permukaan air. Karena ketika pemberian pakan di lakukan secara berlebihan, pakan akan menumpuk di dasar perairan. Hal ini menyebabkan adanya penumpukan bahan organik di dasar perairan yang sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup bibit ikan. Air dengan kandungan bahan organik yang terlalu tinggi cenderung memiliki pH yang asam dengan kandungan oksigen terlarut yang rendah sehingga akan terjadi perebutan oksigen pada wadah pemeliharaan.
3. Curah Hujan Yang Tinggi
Curah hujan yang tinggi menjadi salah satu peristiwa yang cukup di khawatirkan. Pasalnya saat ini kondisi udara di beberapa daerah telah dipenuhi oleh polusi, sehingga hujan yang turun akan bersifat asam. Hujan yang bersifat asam tersebut kemudian akan langsung masuk kedalam wadah budidaya, dan dapat langsung mempengaruhi tingkat keasaman wadah budidaya. Pada kondisi perairan yang terlalu asam bibit ikan lele akan berwarna kemerahan, venderung melompat – lompat keluar wadah budidaya, berenang lebih cepat dari biasanya, dan kemudian akan menggantung sampai akhirnya mati. Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan dengan memberi kapur pada wadah budidaya. Kapur yang bersifat basa mampu kembali menetralkan kondisi perairan dalam wadah budidaya, sehingga ikan dapat hidup seperti biasanya. Jenis kapur yang biasa di berikan berupa kapur dolomit. Kapur dolomit mengandung kalsium (CaO) dan Magnesium (MgO) yang memiliki fungsi meningkatkan pH tanah maupun perairan, memperkaya kandungan unsur hara di dalam tanah, dapat menetralisir senyawa beracun yang terdapat di perairan, merangsang pertumbuhan fitoplankton atau mikroalga yang terdapat di perairan, menetralkan unsur Al, dapat membunuh penyakit, dan sebagai penyadia unsur Ca dan Mg.
Perlu dilakukan penambahan bahan – bahan yang dapat meningkatkan imun pada bibit ikan lele seperti penambahan probiotik. Aplikasi probiotik dalam pakan dapat berupa coating maupun repeleting. Probiotik merupakan mikroorganisme yang hidup dan menguntungkan bagi kelangsungan hidup organisme lain. Selain dapat meningkatkan sistem imun beberapa jenis probiotik juga dapat melancarkan sistem pencernaan pada ikan. Salah satu jenis bakteri yang dapat digunakan sebagai probiotik yaitu bakteri genus Lactobacillus sp. Lactobacillus merupakan salah satu jenis bakteri baik yang bisa ditemukan pada produk-produk makanan yang dibuat dengan proses fermentasi, salah satunya yaitu yogurt. Lactobacillus merupakan jenis bakteri gram positif, anaerobic fakultatif atau mikroaerofilik. Banyak spesies Lactobacillus yang mampu meningkat sistem pencernaan di dalam tubuh ikan. Adapun taksonomi dari bakteri jenis Lactobacillus yaitu
Kerajaan: Bacteria
Divisi: Firmicutes
Kelas: Bacilli
Ordo: Lactobacillales
Famili: Lactobacillaceae
Genus: Lactobacillus
Dan beberapa spesies dari Lactobacillu sp. yaitu, L. acetotolerans, L. acidifarinae, L. acidipiscis, L. acidophilus, L. agilis, L. algidus, L. alimentarius, L. amylolyticus, L. amylophilus, L. amylotrophicus, L. amylovorus, L. animalis, L. antri, L. apodeme, L. aviaries, L. bifermentans, L. brevis, L. buchneri, L. camelliae, L. casei, L. catenaformis, L. ceti, L. coleohominis, L. collinoides, L. composti, L. concavus, L. coryniformis, L. crispatus dan masih banyak lagi.
Pembuatan probiotik dengan menggunakan bakteri Lactobacillus sp. di lakukan dengan mencampurkan bakteri tersebut dengan bahan – bahan yang dapat di jadikan sebagai nutirisi bagi bakteri Lastobacillus sp. seperti buah – buahan, gula, dan bahan – bahan lain yang mengandung glukosa.
Sekian informasi yang dapat di sampaikan semoga bermanfaat!
Baca Juga: Bagaimana Siklus Hidup Maggot
