Kegiatan budidaya ikan patin yang meningkat khususnya pada daerah Sumatera menyebabkan permintaan akan bibit ikan patin yang juga ikut meningkat. Ikan patin merupakan salah satu komoditas air tawar yang banyak di budidayakan di Indonesia dan telah di introduksi dari Thailand sejak tahun 1972. Ikan patin siam dengan nama latin Pangasinodon hypophthalmus merupakan ikan dengan bentuk tubuh yang memanjang, tidak memiliki sisik, berwarna putih keperakan, terdapat sepasang kumis pendek pada bagian mocongnya. Habitat hidup ikan patin yaitu pada perairan tawar seperti danau, sungai, dan muara sungai. Terdapat kandungan gizi yang cukup tinggi pada daging ikan patin siam yaitu protein daging 68,6%; 5,8% lemak; 3,5% abu dan 59,3% air. Kandungan protein yang tinggi pada daging ikan patin siam membuat ikan ini sangat dianjurkan untuk dikonsumsi anak – anak yang sedang dalam fase tumbuh kembang.
Dalam menghasilkan bibit ikan patin siam dengan kualitas yang prima, seluruh komponen yang digunakan dalam proses pembenihan haruslah dapat menunjang hal tersebut. Dimulai dari tahap Pemeliharaan calon Induk – Seleksi Induk – Pemijahan – Penetasan Telur – Pemeliharaan Larva.
Begini cara menghasilkan Bibit Ikan Patin Siam
Kegiatan budidaya ikan patin yang meningkat khususnya pada daerah Sumatera menyebabkan permintaan akan bibit ikan patin yang juga ikut meningkat. Ikan patin merupakan salah satu komoditas air tawar yang banyak di budidayakan di Indonesia dan telah di introduksi dari Thailand sejak tahun 1972. Ikan patin siam dengan nama latin Pangasinodon hypophthalmus merupakan ikan dengan bentuk tubuh yang memanjang, tidak memiliki sisik, berwarna putih keperakan, terdapat sepasang kumis pendek pada bagian mocongnya. Habitat hidup ikan patin yaitu pada perairan tawar seperti danau, sungai, dan muara sungai. Terdapat kandungan gizi yang cukup tinggi pada daging ikan patin siam yaitu protein daging 68,6%; 5,8% lemak; 3,5% abu dan 59,3% air. Kandungan protein yang tinggi pada daging ikan patin siam membuat ikan ini sangat dianjurkan untuk dikonsumsi anak – anak yang sedang dalam fase tumbuh kembang.
Dalam menghasilkan bibit ikan patin siam dengan kualitas yang prima, seluruh komponen yang digunakan dalam proses pembenihan haruslah dapat menunjang hal tersebut. Dimulai dari tahap Pemeliharaan calon Induk – Seleksi Induk – Pemijahan – Penetasan Telur – Pemeliharaan Larva.
- Pemeliharaan calon induk
Sebelum masuk tahap pemeliharaan calon induk, pastikan bakal calon induk yang dipilih tidak memiliki cacat fisik, tidak terserang penyakit, memiliki gerakan renang yang lincah, nafsu makan yang tinggi, dan responsif terhadap rangsangan. Calon induk yang dipelihara sudah berumur lebih dari 2 tahun dengan bobot tubuh berkisar 3 – 5 kg untuk betina, dan untuk jantan berumur lebih dari satu tahun dengan bobot tubuh 1,5 – 3 kg. Selama proses pemeliharaan calon induk, pemberian pakan harus disesuaikan dengan kebutuhan calon induk, frekuensi pemberian pakan dapat dilakukan sebanyak 2x dalam sehari yaitu pada pagi dan sore hari, dengan nilai nutrisi yang terkandung di pakan berupa kadar protein sebesar 30% (minimal) dengan jumlah pemberian pakan sebanyak 1 hingga 3% dari biomassa calon induk perharinya.
- Seleksi Induk
Tahap seleksi induk merupakan tahap awal memilih induk yang baik untuk proses pembenihan ikan patin siam nantinya. Induk yang baik haruslah induk yang memenuhi standar yang berlaku. Sobat sangkuti bisa menghubungi balai air tawar terdekat untuk mendapatkan induk patin siam dengan kualitas yang baik dan tersertifikasi. Induk patin siam yang sudah siap di pijahkan memiliki ciri – ciri tersendiri, pada induk ikan patin siam jantan pada bagian perutnya terlihat lebih ramping dari betinanya, memiliki alat kelamin yang menonjol dengan warna kemerahan, saat dilakukan stripping pada bagian lubang genitalnya akan mengeluarkan suatu cairan putih kental yaitu sperma. Sedangkan pada induk betinannya terlihat bentuk perut yang buncit dan lembek, terdapat warna kemerah – merahan pada bagian lubang genitalnya. Induk ikan patin siam betina yang dipilih haruslah induk yang sudah matang gonad dengan diameter telur yang dimiliki sudah mencapai ukuran 1 hingga 1,2 mm, berwarna opaque, memiliki inti di tengah dan ukuran telur seragam, pengecekan telur dapat dilakukan dengan mengambil sample telur menggunakan kateter.
- Pemijahan
Proses pemijahan yaitu proses bertemunya sel telur dengan sperma, atau disebut sebagai proses fertilisasi. Proses pemijahan dapat dilakukan secara alami maupun secara buatan. Pemijahan yang dilakukan secara alami yaitu dengan menyatukan induk jantan dan induk betina di dalam kolam pemijahan, biarkan induk akan memijah secara alami. Proses pemijahan biasanya terjadi pada malam hari. Sedangkan pada proses pemijahan secara buatan dapat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan induksi pemijahan dengan menyuntikan hormon perangsang pada ikan. Hormon yang biasanya digunakan yaitu ovaprim dengan dosis 0,5 cc/kg induk. Untuk mengetahui berapa banyak hormone yang disuntikan, timbang induk ikan patin yang telah di pilih barulah kita akan mengetahui berapa banyak hormon yang diberikan. Proses induksi dapat dilakukan secara berkala dengan jeda waktu 6 jam. Penyuntikan pertama sebanyak 1/3 dari dosis dan penyuntikan kedua (6 jam setelahnya) sebanyak 2/3 dari dosis yang diberikan. Waktu yang dibuthkan hingga terjadi ovulasi yaitu berkisar 6 hingga 8 jam setelah proses penyuntikan yang kedua. Proses ovulasi akan lebih cepat berlangsung saat dalam keadaan suhu optimum yaitu suhu 27 – 31oC. Induk betina dikatakan sudah mencapai ovulasi ketika saat dilakukan stripping pada bagian perut kearah lubang genitalnya akan mengeluarkan telur. Siapkan wadah untuk menyimpan telur dan sperma, lakukan proses stripping atau pengurutan pada bagian perut kedua induk ikan patin siam. Pengurutan dilakukan mengarah ke lubang genital keduanya. Pastikan dalam proses pengurutan tersebut tidak ada air yang masuk ke dalam wadah sperma maupun wadah telur. Proses pembuahan dapat dilakukan dengan cara menvampurkan telur dan sperma yang telah diencerkan menggunakan larutan sodium chloridadengan dosis 0.9 %, selanjutnya tambahkan air bersih, dan aduk telur serta sperma yang telah di campur tersebut menggunakan bulu ayam selama ± 3 menit secara perlahan-lahan hingga tercampur merata. Setelah tercampur merata telur – telur tersebut kemudian di tetaskan di dalam wadah penetasan.
- Penetasan telur
Proses penetasan telur ikan patin siam akan berlangsung selama 20-26 jam. Suhu optimum pada proses penetasan yaitu pada suhu 27 – 300C.
- Pemeliharaan Larva
Telur ikan patin siam yang telah menetas kemudian di pindahkan ke dalam waah pemeliharaan larva, pastikan wadah pemeliharaan larva sudah berisi mikroalga sebagai makanan tambahan bagi larva ikan patin. Larva – larva ikan patin sudah dapat dijual pada pembudidaya segmentasi pendederan. Proses perhitungan larva dilakukan dengan cara sampling volumetrik biasanya pembudidaya menyebutnya dengan literan.
Demikian informasi yang dapat di sampaikan. Terimakasih !
Baca Juga: Kolam Terpal Koi Penting Sebelum Membuat